Harmen Batubara
Ketika banjir bandang dan Siklon Senyar menghantam Sumatera Barat, Sumatera Utara, dan Aceh—melenyapkan rumah, memutus transportasi, dan merenggut ratusan nyawa, meninggal 836 Orang, 518 Hilang—Indonesia kembali diingatkan bahwa kita adalah satu keluarga besar yang tinggal di tanah yang sama, dan memikul duka yang sama.
Bencana ini bukan milik satu daerah. Ini luka kita bersama.
Di tengah situasi yang mengguncang itu, Gubernur Jawa Barat, Dedi
Mulyadi (KDM), tampil bukan hanya sebagai pemimpin daerah, tetapi sebagai
sosok yang menggugah rasa kemanusiaan seluruh bangsa. Pada 1 Desember 2025,
KDM menyerukan ajakan sederhana namun penuh makna:
“Mari kita bersatu padu, bergandengan tangan, meringankan beban sesama.”
Ajakan itu bukan sekadar kata-kata. Ia menggerakkan pemerintah daerah
Jawa Barat, memulai gerakan kemanusiaan, dan membuka ruang partisipasi publik.
Warga diajak berbagi apa pun yang mereka mampu: makanan, pakaian, logistik,
obat-obatan—atau bahkan doa untuk kekuatan para korban.
Langkah Nyata di Tengah
Derita
Pada 4 Desember 2025, KDM tiba langsung di Kota Padang. Ia tak
datang sebagai pejabat yang hanya melihat dari jauh—ia hadir sebagai saudara
yang ingin menghapus sedikit luka.
Dalam safari kemanusiaannya, ia memastikan bantuan tidak hanya terkumpul,
tetapi juga tepat sasaran.
KDM bahkan membawa dua pesawat Susi Air, masing-masing
berkapasitas satu ton per penerbangan, untuk menjangkau daerah-daerah
terisolasi. Sementara itu, truk-truk besar di darat sudah disiapkan untuk
menyalurkan bantuan ke titik-titik kritis di Sumbar, Sumut, dan Aceh.
Namun langkah terbesarnya adalah komitmen ini:
Membangun satu kampung hunian baru bagi warga yang kehilangan rumah.
Sebuah janji yang tidak hanya menawarkan bantuan darurat, tetapi juga harapan
untuk bangkit kembali.
Mengapa Ajakan Ini Penting?
Karena bencana bukan sekadar runtuhan bangunan atau jembatan yang putus—
bencana adalah hilangnya rasa aman, runtuhnya harapan, dan sunyinya masa depan.
Di titik itulah, persaudaraan menjadi cahaya terpenting.
Indonesia selalu kuat ketika berdiri bersama.
Mari Kita Bergerak Bersama
Setiap donasi, setiap kiriman barang, setiap tenaga relawan—sekecil apa
pun—adalah bagian dari jembatan kemanusiaan yang sedang kita bangun. Seperti
yang ditunjukkan KDM, kita tak boleh menunggu orang lain untuk memulai
membantu.
Kini, saat Sumbar, Sumut, dan Aceh berjuang keluar dari reruntuhan, mari
kita hadir sebagai saudara.
Sebagai satu bangsa.
Sebagai satu napas kemanusiaan.
Karena saat kita menolong sesama… Indonesia sesungguhnya sedang menolong
dirinya sendiri.


No comments:
Post a Comment