Showing posts with label rusia vs ukraina. Show all posts
Showing posts with label rusia vs ukraina. Show all posts

November 27, 2025

Perang Rusia–Ukraina Dua Negara Bertetangga Tanpa Empati

 Oleh


Harmen Batubara

Perang Rusia–Ukraina adalah tragedi modern yang lahir dari persoalan lama: identitas, geopolitik, dan rasa saling curiga yang menumpuk selama puluhan tahun.
Namun pada akhirnya, peperangan ini membuktikan satu hal: dua bangsa yang berdekatan bisa berubah menjadi dua musuh tanpa empati—bahkan ketika sejarah, budaya, dan masa depan mereka saling bertaut.

Akar Luka: Identitas dan Geopolitik yang Terabaikan

Ketegangan ini bukan muncul tiba-tiba.
Keinginan Ukraina untuk menentukan arah historis dan politiknya—bergabung dengan Uni Eropa dan NATO—dipandang oleh Rusia sebagai ancaman keamanan langsung.

Puncaknya terjadi tahun 2013 melalui Revolusi Maidan, ketika rakyat Ukraina menolak tekanan Rusia dan memilih integrasi ke Barat.
Sebagai respon, Rusia mencaplok Krimea pada 2014, dan sejak saat itu garis retak hubungan kedua negara semakin melebar.

Berbagai perundingan—Minsk I, Minsk II, kontak diplomatik tak terhitung—selalu gagal.
Kedua pihak menginginkan keamanan, tetapi tidak menginginkan kompromi.
Hingga pada Februari 2022: Invasi dimulai. Perang meletus.

Pertempuran yang Menghancurkan Segalanya

Perang ini bukan sekadar benturan tank dengan artileri, bukan sekadar drone melawan rudal.
Ini adalah benturan nasib manusia.

Kota-kota Ukraina porak-poranda.
Pangkalan militer Rusia kehilangan ribuan prajurit di garis depan.
Desa, rumah sakit, sekolah, dan pabrik luluh lantak menjadi puing.

Serangan balasan demi balasan menciptakan lingkaran dendam tanpa akhir.

Di tengah suara bom, ada tangis yang tidak terdengar oleh dunia:
anak-anak yang terpisah dari orang tua,
para ibu yang kehilangan rumah,
para tentara muda—dari kedua negara—yang bahkan belum sempat memahami hidup sebelum dipaksa memahami kematian

Industri Pertahanan yang Terus Berputar

Perang bukan hanya menghancurkan; ia juga menghidupkan sesuatu yang tidak seharusnya hidup: industri persenjataan.

Di Rusia, pabrik amunisi bekerja 24 jam sehari.

Rudal diproduksi seperti roti hangat dari tungku.
Drone, tank, peluru—semua menjadi angka dalam tabel produksi, bukan lagi simbol kehancuran.

Di Ukraina, dukungan militer Barat mengalir deras.

Setiap paket bantuan berarti perpanjangan waktu bagi pertempuran.
Perang menjadi “proyek” global yang tak seorang pun tahu kapan akan selesai.

Ketika industri perang berputar, perdamaian kehilangan daya tawarnya.

Kerugian: Material, Emosional, dan Kemanusiaan

Tidak ada angka pasti yang disepakati dunia, tetapi 10 juta jiwa terdampak—entah terbunuh, terluka, mengungsi, atau kehilangan kehidupan normal mereka.
Setiap angka adalah seseorang yang tidak akan lagi pulang. Setiap statistik adalah keluarga yang hancur selamanya.

Kerugian material?
Tak terhitung.
Kota demi kota hilang dari peta.

Dan biaya perang?
Diperkirakan lebih dari 500 juta dolar AS per hari.
Setiap detik adalah uang yang tidak digunakan untuk rumah sakit, sekolah, pangan, atau masa depan.

Semua itu pada akhirnya menjadi utang besar yang harus dibayar oleh generasi berikutnya—generasi yang tidak pernah memilih perang, tetapi harus mewarisi akibatnya

Perang yang Memperlebar Jarak, Bukan Menyelesaikan Persoalan

Ironisnya, perang ini justru menjauhkan Rusia dan Ukraina dari apa yang mereka perjuangkan.

  • Persoalan identitas Ukraina kini semakin kuat: mereka ingin menjauh dari Rusia.
  • Kekhawatiran geopolitik Rusia semakin besar: NATO kini justru semakin solid.
  • Rasa saling percaya yang dulu rapuh kini hancur total.
  • Luka sosial di kedua negara semakin dalam, mungkin untuk beberapa generasi ke depan.

Perang tidak memberikan apa-apa selain kehancuran, kebencian baru, dan jarak yang semakin sulit dijembatani.
Dua negara bertetangga kehilangan empati satu sama lain, dan dunia menyaksikan bagaimana kedekatan sejarah bisa berubah menjadi jurang yang tak terlintasi

Penutup: Perang yang Tidak Pernah Layak Dibenarkan

Pada akhirnya, perang Rusia–Ukraina mengingatkan kita bahwa meski alasan awal mungkin tampak rasional—keamanan, identitas, geopolitik—hasil akhirnya selalu sama:
kehancuran yang tidak menghasilkan apapun.

Tidak ada kemenangan sejati.
Tidak ada kebanggaan dalam tumpukan puing.
Tidak ada masa depan yang lahir dari dendam.

Ketika kabar damai mulai terdengar hari ini, dunia berharap satu hal:
agar pada akhirnya dua bangsa yang pernah dekat ini belajar memulihkan empati yang hilang, karena tanpa empati, perdamaian hanya akan menjadi jeda—bukan solusi.