Oleh Harmen Batubara
1.
New York Mengubah Arah: Dari Wall Street ke Astoria
Kemenangan Zohran Mamdani dalam pemilihan Walikota New York City (NYC)
pada tahun 2025 merupakan salah satu guncangan politik paling signifikan di
Amerika Serikat dalam era modern. Fenomena ini bukan sekadar pergantian
kekuasaan dari satu faksi Demokrat ke faksi lain; ini adalah anomali historis
yang menempatkan seorang sosialis demokrat yang terang-terangan (anggota
Democratic Socialists of America/DSA) di pucuk pimpinan ibu kota keuangan
global.1 Kemenangan
Mamdani, seorang anggota dewan negara bagian berusia 34 tahun dari Queens,
mencerminkan adanya penolakan mendalam terhadap politik status quo dan kegagalan model ekonomi neoliberal dalam
menyediakan kesejahteraan dasar bagi sebagian besar penduduk kota.
Dalam kontestasi yang memicu perhatian nasional, Mamdani berhasil
mengamankan lebih dari 50% suara, mengalahkan pesaing utamanya, mantan Gubernur
Andrew Cuomo (yang mencalonkan diri sebagai independen dan meraih sekitar 40%
suara), serta kandidat Republik Curtis Sliwa (yang hanya memperoleh sedikit di
atas 7% suara).3 Kekalahan Cuomo,
seorang tokoh establishment Partai Demokrat yang berkuasa,
memperlihatkan bahwa di NYC, ideologi yang
berfokus pada kelas pekerja dan pesan keterjangkauan
yang radikal kini memiliki daya tarik yang jauh lebih besar daripada brand politik lama atau politik dinasti.
Kemenangan ini mencatatkan beberapa sejarah penting. Mamdani menjadi
Walikota NYC ke-111, dan yang pertama dari komunitas Muslim, yang pertama dari
Asia Selatan, serta Walikota termuda dalam lebih dari satu abad.3 Latar belakang
ini, dikombinasikan dengan agendanya yang berbasis grassroots, secara
fundamental menantang pandangan tradisional Amerika tentang siapa yang boleh
berkuasa. Seorang politisi yang awalnya relatif tidak dikenal dan dijuluki
"hanya seorang pria media sosial," berhasil mengubah citranya melalui
mobilisasi massal dan operasi lapangan terbesar dalam sejarah politik kota
tersebut.1
1.2. Lebih dari Sekadar Kemenangan:
Mandat untuk Narasi Baru
Analisis mendalam menunjukkan bahwa kemenangan Mamdani lebih dari
sekadar keberuntungan. Ini adalah hasil dari strategi panjang yang berhasil
membaca dan merespons krisis fundamental yang dihadapi warga New York: krisis affordability atau keterjangkauan.4 Kemenangan ini
didanai oleh donasi kecil dan didukung oleh puluhan ribu relawan, menandai
kembalinya politik berbasis massa yang intensif, yang berhasil memicu
partisipasi pemilih tertinggi dalam setengah abad.1
Inti dari tesis ini adalah bahwa kemenangan Mamdani merupakan referendum
terhadap kegagalan janji inti American Dream (AD). Bagi jutaan warga New York
yang bekerja keras tetapi tidak mampu membayar sewa atau menyediakan kebutuhan
dasar, AD versi individualistik telah runtuh. Platform Mamdani menawarkan
sebuah visi baru, di mana pemerintah berfungsi sebagai alat untuk menjamin kesejahteraan dasar dan stabilitas, bukan
sebagai penghalang bagi inisiatif individu. Dengan kata lain, kemenangan ini
memberikan mandat politik untuk membangun kembali fondasi American Dream yang
hilang, yang berpusat pada kepastian ekonomi kolektif.
2. Erosi Etos Klasik: Ketika Kerja
Keras Saja Tidak Cukup
American Dream, yang dipopulerkan oleh sejarawan James Truslow Adams
pada tahun 1931, berpusat pada keyakinan bahwa setiap individu, melalui kerja
keras, ketekunan, dan ambisi, dapat mencapai kesuksesan dan kemakmuran di
Amerika Serikat [User Query]. Selama beberapa dekade, narasi ini didominasi
oleh interpretasi individualistik-konservatif yang menekankan kisah rags-to-riches—perjuangan pribadi yang berhasil
mengalahkan kesulitan melalui ketekunan semata.4
Namun, narasi ini memiliki implikasi budaya dan politik yang merugikan.
Sisi negatif dari narasi individualistik adalah bahwa jika seseorang gagal atau
tetap miskin, kegagalan tersebut dianggap sepenuhnya sebagai kesalahan pribadi—akibat kemalasan atau kurangnya
inisiatif.4 Pemahaman ini
telah menopang argumen konservatif yang memandang pemerintah sebagai
"musuh dari American Dream," di mana bantuan sosial dan program
kesejahteraan dilihat sebagai giveaways yang
menguras inisiatif individu dan membuat mereka bergantung.4 Retorika ini
berhasil meminggirkan program sosial selama beberapa generasi, membuat politik
Demokrat kesulitan memenangkan imajinasi pemilih.
2.1. New York yang Terlalu Mahal:
Kegagalan Sistem
Di New York City, realitas ekonomi kontemporer telah membuat American
Dream versi individualistik menjadi sebuah ilusi. NYC adalah salah satu kota
termahal di Amerika, di mana ketidaksetaraan upah semakin dalam dan krisis
perumahan mencapai titik kritis. Media mencatat bahwa sewa rata-rata di
Manhattan melonjak hingga $4,700 pada bulan Juli, yang membuat perjuangan
mencari tempat tinggal terjangkau terasa seperti "peperangan".2
Bagi pekerja dan keluarga di NYC, terutama komunitas minoritas,
kesimpulan logisnya adalah bahwa masalahnya bukan pada inisiatif individu, melainkan pada sistem yang menuntut kerja keras tanpa menjamin hasil
yang manusiawi. Ketika seseorang bekerja dua shift namun tetap
tidak mampu membayar sewa atau memenuhi kebutuhan pangan, narasi yang
menyalahkan individu akan kehilangan relevansinya. Keresahan ini, yang berakar
pada ketimpangan sosial, ketidakadilan historis, dan kondisi keluarga yang
sulit, merupakan celah yang dimanfaatkan oleh kampanye Mamdani.4
2.2. Mamdani's Re-Articulated Dream:
Pemerintah sebagai Akselerator Moral
Mamdani berhasil merebut kembali narasi American Dream dengan menyajikan
interpretasi progresif yang kuat. Kaum Demokrat progresif setuju bahwa
inisiatif individu itu penting, tetapi mereka berpendapat bahwa keberhasilan
tidak dapat dicapai tanpa adanya "lapangan bermain yang adil".4 Fokus Mamdani pada
keterjangkauan bukanlah tentang memberikan kekayaan,
tetapi tentang menjamin bahwa hasil dari kerja keras tidak langsung tergerus
oleh biaya hidup yang eksorbitan.4
Dalam visi ini, pemerintah harus menjadi "kekuatan moral" yang
memastikan setiap orang memiliki peluang yang adil, terlepas dari latar
belakang mereka.4 Peran pemerintah
adalah untuk "meratakan lapangan bermain" dengan menyediakan program
dan hukum yang memungkinkan warga mencapai "garis awal dan membuktikan
kemampuan mereka".4 Dengan mengalihkan fokus dari
moralitas individu ke keadilan sistemik—terutama pada isu-isu mendasar seperti
sewa, upah, dan biaya hidup—Mamdani memberikan solusi politik untuk apa yang
sebelumnya dianggap sebagai masalah kegagalan moral pribadi.
Pendekatan ini memiliki resonansi historis dengan program-program Great Society Presiden Johnson pada tahun 1960-an, yang
bertujuan untuk mengganti "keputusasaan dengan kesempatan" melalui
intervensi pemerintah dalam pendidikan dan kesejahteraan.4 Kemenangan Mamdani
di New York menegaskan bahwa para pemilih modern, terutama yang muda dan kelas
pekerja, siap mendukung intervensi pemerintah yang tegas, asalkan kebijakan
tersebut secara eksplisit ditujukan untuk memulihkan fondasi dasar American
Dream.
3. Keterjangkauan sebagai Strategi Politik Utama
Platform Mamdani dibangun di atas premis sederhana namun revolusioner:
New York harus terjangkau.5 Meskipun usulan-usulannya—seperti
penitipan anak gratis, bus gratis, dan toko grosir milik kota—mungkin terdengar
lazim di negara-negara Eropa Barat, di Amerika Serikat, di mana negara
kesejahteraan hampir tidak ada, ide-ide ini dianggap "radikal" atau
bahkan "utopis" oleh para kritikus.2 Namun,
keberhasilan Mamdani menunjukkan bahwa aspirasi untuk kualitas hidup yang lebih
baik dan bebas dari kecemasan ekonomi sangat diidamkan oleh warga New York.
3.1. Pilar-Pilar Agenda Sosialis
Demokratis
Agenda Mamdani didukung oleh serangkaian kebijakan ekonomi terperinci
yang berfokus langsung pada pemenuhan kebutuhan dasar kelas pekerja:
A. Intervensi Perumahan
Krisis perumahan diatasi melalui langkah-langkah segera dan jangka
panjang. Mamdani menjanjikan pembekuan sewa segera
untuk semua penyewa yang tinggal di unit stabilisasi sewa di kota itu.7 Lebih ambisius
lagi, Mamdani berencana membangun 200.000 unit rumah baru
yang akan permanen terjangkau, dibangun oleh serikat pekerja, dan
stabilisasi sewa selama dekade mendatang. Program ini bertujuan
untuk menciptakan stok perumahan yang imun terhadap spekulasi pasar dan
menjamin stabilitas tempat tinggal bagi ratusan ribu keluarga.7
B. Upah dan Perlindungan Pekerja
Untuk mengatasi ketidaksetaraan upah, platformnya menyerukan kenaikan
upah minimum di NYC menjadi $30 per jam pada tahun 2030,
dengan mekanisme penyesuaian otomatis berdasarkan biaya hidup setelahnya.7 Kebijakan ini
secara langsung mengatasi kesenjangan antara upah dan biaya hidup yang
melonjak.
Mamdani juga secara khusus menargetkan perlindungan bagi 80.000 pekerja
pengiriman (dikenal sebagai deliveristas), yang
sebagian besar adalah imigran Black dan Brown. Ia mengkritik keras perusahaan
aplikasi yang mengeksploitasi pekerja ini dengan misklasifikasi mereka sebagai
kontraktor independen untuk menghindari pemberian hak dan tunjangan. Solusinya
mencakup penguatan persyaratan lisensi untuk aplikasi tersebut,
dan investasi pada infrastruktur jalan (seperti
program e-bike DOT dan hub khusus) untuk mendukung lingkungan kerja yang lebih
aman dan adil.7
C. Jaringan Pengaman Sosial Universal
Tiga pilar utamanya untuk meningkatkan kesejahteraan umum meliputi:
1. Childcare Gratis: Implementasi
penitipan anak gratis untuk setiap warga New York usia 6 minggu hingga 5 tahun,
sebuah langkah yang secara signifikan akan mengurangi beban ekonomi keluarga
yang bekerja.7
2. Transportasi Umum
Gratis: Penghapusan tarif pada bus kota, yang akan membuat transportasi lebih
mudah diakses dan meningkatkan infrastruktur bus dengan jalur prioritas.7
3. Ketahanan Pangan: Pendirian toko grosir milik kota (city-owned grocery stores)
untuk melawan penipuan harga (price gouging) oleh
supermarket korporasi. Toko-toko ini diusulkan untuk fokus pada harga yang
lebih rendah dengan menghilangkan biaya sewa dan pajak properti, serta
sentralisasi distribusi.7
3.2. Arsitektur Fiskal dan
Kontroversi Pendanaan
Rencana Mamdani merupakan rencana yang mahal, sehingga membutuhkan
arsitektur fiskal yang agresif. Pendanaan direncanakan melalui pergeseran beban
pajak dari kelas pekerja ke perusahaan besar dan individu super kaya.7
Mekanisme Pendanaan Utama:
1. Pajak Korporasi: Menaikkan tarif
pajak korporasi NYC menjadi 11.5% (menyamai New Jersey), yang diproyeksikan
Mamdani dapat menghasilkan tambahan $5 miliar dalam
pendapatan tahunan.7
2. Pajak Kekayaan: Membebankan pajak
datar tambahan sebesar 2% pada rumah tangga yang
berpenghasilan lebih dari $1 juta per tahun.6
3. Efisiensi dan
Kepatuhan: Mengumpulkan tambahan $1 miliar melalui
peningkatan auditor pajak, denda pemilik lahan, dan reformasi proses pengadaan
kota.7
Kritik terhadap rencana ini telah membingkainya sebagai
"utopis" karena kekhawatiran bahwa hal itu dapat merusak iklim bisnis
dan memicu eksodus para jutawan.6 Namun, analisis menunjukkan bahwa
kekhawatiran ini mungkin berlebihan. Studi tentang kenaikan pajak yang moderat
(seperti 2% pada jutawan) di Massachusetts dan Washington baru-baru ini
menunjukkan bahwa langkah tersebut tidak memicu migrasi signifikan dari kelompok
berpenghasilan tinggi.6 Selain itu, para ahli menganggap
bahwa meskipun kebijakan Mamdani secara teoritis "layak" (feasible)
karena mirip dengan reformasi yang dilakukan oleh walikota sebelumnya,
implementasinya akan "sulit untuk diberlakukan, dan sulit untuk
diberlakukan dengan cepat" di tengah perlawanan politik.5
Tabel berikut merangkum kebijakan utama dan arsitektur pendanaannya:
Table 2: Ringkasan Kebijakan Ekonomi Utama Mamdani dan Arsitektur
Pendanaan
|
Kebijakan
Utama (Mewujudkan AD Baru) |
Detail
Program dan Tujuan |
Mekanisme
Pendanaan yang Diusulkan |
Implikasi
(Kelayakan/Tantangan) |
|
Keterjangkauan Perumahan |
Pembekuan sewa stabilisasi segera; pembangunan 200.000 unit perumahan
terjangkau. |
Pengumpulan denda dari pemilik lahan; reformasi kontrak pengadaan. |
Pembekuan sewa menghadapi oposisi politis segera dari establishment (mis. Eric Adams).7 |
|
Upah dan Kesejahteraan |
Kenaikan upah minimum menjadi $30/jam (2030); penitipan anak gratis (6
minggu-5 tahun). |
Kenaikan Pajak Korporasi (Target 11.5%, $5 Miliar); Tambahan Pajak 2%
bagi pendapatan >$1 Juta. |
Kenaikan pajak moderat diyakini tidak akan memicu migrasi jutawan signifikan.6 |
|
Transportasi Publik |
Penghapusan tarif pada bus kota (Free Bus). |
Didanai dari peningkatan pendapatan pajak total. |
Layak, tetapi implementasi cepatnya sulit.5 |
|
Ketahanan Pangan |
Pendirian toko grosir milik kota (City-Owned Grocery Stores). |
Pilot program senilai $60 Juta, dialihkan dari dana yang seharusnya
dibelanjakan untuk supermarket korporasi. |
Menantang model kapitalisme ritel dan membutuhkan manajemen logistik
yang efisien.7 |
4. Mesin Pemilih Generasi: Strategi
Grassroots
Kemenangan Mamdani merupakan kemenangan mobilisasi pemilih
baru, bukan sekadar konversi pemilih lama. Kampanye ini
membangun operasi lapangan terbesar dalam sejarah politik New York, didukung
oleh puluhan ribu relawan muda yang melakukan canvassing intensif.1 Pesan utama yang
disampaikan kepada pemilih adalah platform kebijakan: menjadikan New York kota
yang lebih terjangkau. Relawan memastikan bahwa Mamdani, seorang anggota dewan
negara bagian, adalah Democratic nominee yang memiliki
visi jelas, alih-alih hanya seorang aktivis media sosial.1
Strategi ini berhasil memicu partisipasi yang belum pernah terjadi
sebelumnya dalam pemilihan kota. Hal ini menunjukkan bahwa fokus pada isu-isu
substantif (sewa, upah) dapat mengatasi hambatan partisipasi historis, terutama
di kalangan kelompok yang apatis terhadap politik establishment.
Kemenangan ini membuktikan bahwa American Dream dapat dihidupkan kembali dengan
membuat proses politik terasa relevan secara langsung bagi kehidupan
sehari-hari warga.
4.1. Kebangkitan Suara Generasi Muda
dan Minoritas
Data elektoral dari Pilkada NYC 2025 menunjukkan perubahan mendasar
dalam peta politik kota. Tingkat partisipasi pemilih muda (usia 18-29) melonjak
hingga 19%, sebuah peningkatan yang besar untuk pemilihan
kota.10 Kebangkitan suara
generasi muda ini adalah faktor krusial dalam mengalahkan lawan-lawan Mamdani
yang mengandalkan basis pemilih tradisional.
Dukungan untuk Mamdani sangat terkonsentrasi di antara pemilih muda
minoritas dan wanita muda. Pemilih muda Latino (86%) dan Pemilih muda Black
(84%) memberikan suara untuk Mamdani pada tingkat yang jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan pemilih muda kulit putih (66%).10 Hal ini
menggarisbawahi kegagalan Walikota sebelumnya (Eric Adams) untuk mempertahankan
basis inti Black dan Latin, yang membutuhkan solusi ekonomi sistemik yang
radikal. Selain itu, terdapat perbedaan gender yang signifikan, di mana wanita
muda (84%) lebih cenderung mendukung Mamdani daripada pria muda (67%).10
Data ini menyoroti pergeseran inti dalam koalisi Demokrat NYC, yang kini
berpusat pada pemilih muda, wanita muda, dan komunitas minoritas yang menuntut
solusi ekonomi yang tegas. Kemenangan ini memberikan energi yang signifikan
pada sayap progresif Partai Demokrat secara nasional 12, memberikan sinyal
bahwa untuk memenangkan kota-kota besar, Partai Demokrat harus menyajikan
agenda ekonomi kelas pekerja yang kuat, yang melampaui politik identitas
semata.
Table 1: Kontras Dukungan Pemilih Muda (Usia 18-29) Berdasarkan
Ras/Gender dalam Pilkada NYC 2025
|
Kategori
Pemilih Muda |
Persentase
Dukungan untuk Mamdani |
Signifikansi
Terhadap Kemenangan |
Sumber
Data |
|
Wanita Muda |
84% |
Menunjukkan resonansi kuat kebijakan sosial-demokratis di kalangan
wanita muda. |
10 |
|
Pria Muda |
67% |
Basis dukungan yang signifikan, menunjukkan daya tarik yang melintasi
gender. |
10 |
|
Pemilih Latino |
86% |
Tingkat dukungan tertinggi, mencerminkan kebutuhan mendesak untuk
keterjangkauan di komunitas minoritas. |
10 |
|
Pemilih Black |
84% |
Dukungan tinggi, menggarisbawahi kegagalan Walikota sebelumnya (Eric
Adams) untuk mempertahankan basis inti Black. |
10 |
|
Pemilih White |
66% |
Basis dukungan progresif yang kuat, meskipun lebih rendah dari
kelompok minoritas. |
10 |
4.2. Representasi Keberagaman dan
Identitas Baru New York
Latar belakang Mamdani sendiri secara langsung mewujudkan American Dream
yang telah diperbarui. Lahir di Kampala, Uganda, Mamdani adalah putra dari
seorang akademisi terkemuka dan pembuat film. Kelahirannya di luar AS secara
konstitusional menghalangnya untuk mencalonkan diri sebagai presiden, namun
pendidikannya di New York mengikatnya secara intim dengan struktur kota.13 Ia mewakili
"paradoks imigran" Amerika yang baru—keturunan imigran yang muncul
sebagai suara moral yang kuat dalam kehidupan publik.13
Meskipun berasal dari latar belakang istimewa dan secara terbuka
mengakui dirinya sebagai self-proclaimed nepo-baby,
Mamdani secara sadar memilih jalur sosialis grassroots.14 Pilihan
ideologisnya menunjukkan bahwa isu perjuangan kelas melintasi batas-batas
privilese dan identitas. Identitasnya sebagai Walikota Muslim dan Asia Selatan
yang pertama, meraih jabatan tertinggi di kota dengan populasi imigran terbesar
di dunia, secara simbolis merobohkan penghalang identitas non-tradisional,
menegaskan bahwa American Dream kini benar-benar terbuka untuk semua latar
belakang.
5. Skeptisisme Ekonomi: Utopianisme
di Ibu Kota Keuangan
Tugas Walikota Mamdani berikutnya adalah mengubah janji-janji kampanye
yang bersemangat menjadi realitas tata kelola kota yang efektif, sebuah proses
yang akan menghadapi tantangan politik dan fiskal yang signifikan. Para
kritikus dari kalangan bisnis dan politik konservatif menyuarakan kekhawatiran
bahwa agenda sosialis demokratisnya, terutama kenaikan pajak korporasi dan
pajak kekayaan, akan membebani Wall Street dan menciptakan iklim yang tidak
bersahabat bagi bisnis, mengancam status NYC sebagai pusat keuangan global.6
Meskipun analisis menunjukkan bahwa kebijakan Mamdani secara fundamental
layak (feasible), mantan pejabat dari Independent Budget Office
(IBO) telah memperingatkan bahwa proposalnya akan "sulit untuk
diberlakukan, dan sulit untuk diberlakukan dengan cepat".5 Mamdani harus
segera menunjukkan kepercayaan fiskal yang memadai
dalam mengelola biaya ambisius dari program universalnya, seperti penitipan
anak gratis dan bus gratis.9
Tantangan implementasi ini diperumit oleh perlawanan politik yang
terorganisir. Contohnya, rencana pembekuan sewa stabilisasi kemungkinan akan
diblokir oleh struktur birokrasi yang ada, seperti Walikota sebelumnya Eric
Adams yang diketahui menentang rencana tersebut dan berpotensi mencoba
memblokirnya dengan "memasukkan" Dewan Pedoman Sewa (Rent Guidelines Board).7 New York, dalam
konteks ini, akan menjadi laboratorium hidup untuk menguji apakah model
kesejahteraan sosialis demokratis dapat diimplementasikan tanpa merusak mesin
ekonomi kapitalis. Keberhasilan Mamdani akan sangat bergantung pada
kemampuannya untuk mengamankan tambahan pendapatan pajak sebesar $5 miliar
untuk menutup biaya program universalnya.
5.1. Persimpangan Politik dan Moral:
Kontroversi Geopolitik
Tantangan Mamdani tidak hanya bersifat fiskal, tetapi juga ideologis dan
komunitas. Mamdani adalah Walikota anti-Zionis pertama di New York City.15 Kemenangannya,
yang didorong oleh kemarahan di kalangan Demokrat atas perang di Gaza, dilihat
oleh sebagian besar komunitas Yahudi di New York—komunitas Diaspora terbesar di
dunia—dengan "kecemasan" dan "firasat buruk".15
Selama beberapa dekade, dukungan untuk Israel dianggap sebagai prasyarat
untuk memenangkan pemilihan di NYC, pandangan yang kini telah dihancurkan oleh
Mamdani. Kritikus khawatir bahwa retorika anti-Israelnya dapat memicu
permusuhan dan anti-Semitisme terhadap Yahudi pro-Israel.15 Kekhawatiran
anti-Semitisme adalah masalah sentral, mengingat komunitas Yahudi adalah target
utama kejahatan kebencian di kota tersebut.15
Hal ini menciptakan situasi di mana Mamdani memiliki mandat ekonomi
pro-rakyat yang kuat, tetapi mandat politik yang terfragmentasi pada isu-isu
identitas dan geopolitik. Ia perlu menunjukkan bahwa ia dapat mengatur dan
melindungi semua komunitas yang beragam, terlepas dari perbedaan ideologi mereka.
Jika fokusnya dialihkan dari isu-isu keterjangkauan domestik, atau jika
sentimen anti-Semitisme meningkat di kota itu, hal tersebut dapat dengan cepat
mengikis modal politik dan mandat ekonominya yang baru dimenangkan. Kebutuhan
untuk menyeimbangkan tuntutan kelas ekonomi dengan sensitivitas identitas
komunitas adalah ujian terberat bagi kepemimpinannya.
Harapan yang Dibangun di Atas Kepastian “Mimpi Amerika yang Baru”
Kemenangan Zohran Mamdani di New York City pada akhirnya merupakan
pergeseran filosofis mendalam di antara para pemilih perkotaan Amerika. Mamdani
berhasil merumuskan kembali American Dream. Narasi ini tidak lagi dilihat
sebagai lotre keberuntungan individu, di mana kesuksesan ekstrem hanya dicapai
oleh sedikit orang yang paling berbakat atau beruntung. Sebaliknya, AD yang
diwujudkan kembali di New York dipandang sebagai janji kolektif yang harus
dijamin oleh negara.
American Dream versi baru ini bergerak dari kisah rags-to-riches (dari miskin menjadi kaya raya) menjadi
janji stability-and-opportunity (stabilitas dan kesempatan).
Artinya, kerja keras harus menjamin hak dasar: perumahan yang terjangkau
(melalui pembekuan sewa), upah yang layak untuk hidup ($30/jam), dan kesempatan
bagi anak-anak (melalui penitipan anak gratis).4 Ini adalah
penemuan kembali fondasi dasar AD—keyakinan bahwa setiap orang Amerika,
terlepas dari latar belakangnya, harus memiliki kesempatan untuk kehidupan yang
lebih baik, dan bahwa pemerintah harus menjadi akselerator moral yang
memungkinkan kesempatan itu.
Bagi establishment Partai Demokrat secara nasional,
kemenangan ini adalah peringatan keras. Kegagalan untuk secara tegas mengatasi
masalah ekonomi dasar yang dihadapi kelas pekerja (terutama affordability) akan terus membuka pintu bagi kandidat
radikal yang menawarkan solusi sistemik yang tegas dan memobilisasi basis
pemilih muda serta minoritas yang sebelumnya terpinggirkan.
Kini, tugas terbesar Mamdani adalah mengubah semangat kampanye yang
penuh energi menjadi realitas tata kelola yang berkelanjutan. New York City, di
bawah kepemimpinan seorang sosialis demokrat, akan menjadi contoh
nasional—entah itu menjadi bukti bahwa Mimpi Amerika yang baru dapat diwujudkan
melalui aksi kolektif, atau sebaliknya, memperkuat keraguan para skeptis yang
khawatir akan kegagalan fiskal. Kemenangan Mamdani telah mewujudkan kembali
harapan akan janji besar Amerika, namun tantangan sejati terletak pada
keberhasilannya untuk mewujudkan harapan tersebut di balai kota.



No comments:
Post a Comment