Oleh Harmen Batubara
Di kawasan Asia Timur, ketegangan geopolitik semakin
meningkat. Namun satu fakta yang sangat jelas: masa depan Jepang tidak bisa
dilepaskan dari bagaimana negara itu membangun hubungan yang stabil dengan
Tiongkok. Dalam konteks perubahan global yang cepat—termasuk memanasnya isu
Taiwan—Jepang perlu lebih dari sekadar strategi pertahanan. Jepang membutuhkan
pendekatan baru: menjadikan Tiongkok sebagai tetangga yang baik demi
kepentingan ekonominya sendiri, keamanan regional, dan keberlanjutan masa
depannya.
Andai Taiwan jatuh ke tangan Tiongkok melalui aneksasi
atau reunifikasi yang penuh tekanan, Jepang akan menjadi salah satu negara yang
paling merasakan dampaknya.
Kerugian
Ekonomi:
- Rantai pasok global akan terguncang. Taiwan adalah pusat manufaktur semikonduktor dunia;
lebih dari 60% chip canggih berasal dari sana. Jepang, yang bergantung
pada chip untuk industri otomotif, robotik, elektronik, dan
pertahanan—akan terpukul hebat.
- Potensi pariwisata dan layanan lintas kawasan anjlok. Stabilitas regional adalah kunci. Konflik di Taiwan
berarti hilangnya aliran wisatawan, bisnis, dan investasi yang selama ini
mengandalkan jalur aman Asia Timur.
Ancaman
Keamanan Selat Taiwan Sebagai Garis Api
Jika Tiongkok menguasai Taiwan, Selat Taiwan akan
berubah dari jalur dagang menjadi front militer. Ini berbahaya bagi Jepang
karena:
- Jalur laut vital Jepang terancam. 90% energi impor Jepang melewati perairan sekitar
Taiwan.
- Kedekatan geografis menimbulkan risiko langsung. Okinawa hanya berjarak sekitar 700 km dari Taiwan.
Perkembangan ini dapat memaksa Jepang meningkatkan anggaran militer secara
ekstrem, mengorbankan sektor sosial dan ekonomi domestik.
- Potensi keterlibatan militer AS. Jepang sebagai sekutu Amerika Serikat bisa terseret ke
konflik besar, yang tidak menguntungkan siapapun di kawasan.
Realitas
Geografi Jepang Tidak Bisa “Lepas” dari Tiongkok
Jepang bisa memindahkan pabrik ke Asia Tenggara, tetapi tidak
bisa memindahkan negaranya sendiri. Selama ribuan tahun, Jepang dan
Tiongkok akan tetap bertetangga.
Upaya mencari negara alternatif untuk kerja sama ekonomi
tidak akan mampu menggantikan skala dan kedekatan Tiongkok:
- Tiongkok adalah pasar raksasa dengan daya beli tinggi.
- Tiongkok adalah mitra dagang terbesar Jepang.
- Tiongkok adalah pusat produksi global yang tidak bisa
secara realistis digantikan dalam 20–30 tahun ke depan.
Jika ketegangan terus meningkat, bukan hanya Jepang yang
rugi, tetapi keseimbangan ekonomi Asia akan melemah.
Jepang
Membutuhkan Solusi Membina Hubungan Baik sebagai Strategi Jangka Panjang
Membuat Tiongkok sebagai tetangga yang baik bukan
kelemahan. Itu adalah strategi bertahan hidup.
Peluangnya besar bila Jepang:
Mengembangkan
jalur diplomasi ekonomi baru
Fokus pada teknologi, energi hijau, dan rantai pasok
aman yang saling menguntungkan.
Mendorong
stabilitas Taiwan dengan pendekatan damai
Jepang berkepentingan agar Taiwan tetap aman tanpa
memancing konflik.
Mengoptimalkan
kerja sama ASEAN sebagai penyeimbang
ASEAN dapat menjadi “ruang netral” yang memperkuat
posisi tawar Jepang dan Tiongkok tanpa rivalitas langsung.
Tetap dekat
dengan AS, tetapi tidak konfrontatif dengan Tiongkok
Strategi dua kaki ini membuat Jepang lebih aman dan
stabil.
Tiongkok tidak harus disukai Jepang—tetapi harus
diperlakukan sebagai tetangga strategis. Tanpa hubungan yang baik,
Jepang akan kehilangan:
- keamanan maritim,
- stabilitas rantai pasok,
- peluang ekonomi masa depan,
- bahkan posisinya sebagai kekuatan ekonomi dunia.
Di Asia, perdamaian bukan sekadar idealisme. Ia adalah sumber
daya ekonomi.
Dan Jepang tidak mampu kehilangannya.


No comments:
Post a Comment