Showing posts with label jadi penulis best seller. Show all posts
Showing posts with label jadi penulis best seller. Show all posts

October 5, 2025

Rahasia Menjadi Penulis Profesional Yang Menyenangkan



 Oleh Harmen Batubara

Menulis bukan sekadar pekerjaan, melainkan panggilan jiwa yang mampu membawa kebahagiaan mendalam bagi siapa pun yang menekuninya. Sebagai seorang penulis, Anda memiliki kekuatan untuk menuangkan ide, emosi, dan pengalaman menjadi kata-kata yang abadi, menyentuh hati pembaca, dan meninggalkan warisan. Artikel ini akan mengungkap rahasia bagaimana profesi ini bisa menjadi sumber kebahagiaan, langkah-langkah menuju profesionalisme, serta cara meraih manfaat finansial yang menyenangkan dari karya Anda. Mari kita jelajahi perjalanan ini dengan semangat yang membara.

Mengapa Menulis Adalah Profesi yang Menyenangkan Penulisnya

Bayangkan setiap hari Anda bangun dengan antusiasme untuk menciptakan sesuatu yang baru—sebuah cerita yang menginspirasi, artikel yang mendidik, atau novel yang mengubah perspektif pembaca. Menulis adalah profesi yang unik karena ia menyatukan kreativitas, terapi emosional, dan koneksi manusiawi. Menurut pengalaman banyak penulis, proses menulis berfungsi sebagai katarsis, melepaskan beban pikiran dan membawa kedamaian batin. Seperti yang dibagikan oleh seorang penulis di platform Kompasiana, menulis[1] menjadi "jeda yang menumbuhkan bahagia" di tengah rutinitas yang menantang, terutama bagi guru atau profesional lain yang menjadikannya hobi.

Kebahagiaan datang dari kebebasan ekspresi diri. Tanpa batasan ketat seperti pekerjaan kantor, Anda bisa mengeksplorasi genre apa pun—dari fiksi hingga non-fiksi—dan merasakan kepuasan saat kata-kata Anda mengalir bebas. Sebuah artikel di Yoursay menekankan bahwa menulis sebagai hobi membawa "kebahagiaan tanpa beban", di mana Anda bebas bereksperimen tanpa tekanan deadline[2] komersial. Bahkan, penelitian informal menunjukkan bahwa penulis sering tampak awet muda karena kebahagiaan yang mereka rasakan dari proses ini, seperti berbagi pengetahuan yang bermanfaat[3] bagi orang lain

Lebih dari itu, menulis membangun rasa pencapaian. Saat naskah diterbitkan atau mendapat komentar positif dari pembaca, itu seperti pelukan hangat yang menguatkan jiwa. Di era digital, platform seperti Medium atau blog pribadi memungkinkan interaksi langsung, di mana umpan balik positif menjadi sumber kebahagiaan abadi. Intinya, menulis bukan hanya profesi, tapi gaya hidup yang memperkaya jiwa, membuat Anda merasa hidup dan bermakna setiap hari.

Jalan Menuju Penulis Profesional

Menjadi penulis profesional bukanlah keberuntungan semata, melainkan perjalanan yang dirintis dengan disiplin dan passion. Rahasia utamanya adalah konsistensi: mulailah dari yang kecil, tapi lakukan setiap hari. Berikut langkah-langkah praktis yang bisa Anda ikuti, berdasarkan pengalaman penulis sukses.

Pertama, “bangun fondasi dengan membaca dan belajar”. Baca sebanyak mungkin buku, artikel, atau karya penulis terkenal untuk memperkaya kosakata dan gaya. Seperti saran dari wikiHow, rajin membaca membantu Anda memahami struktur artikel jurnalistik atau narasi[4] fiksi. Catat ide-ide yang muncul kapan pun—di notes ponsel atau jurnal—karena inspirasi sering datang tiba-tiba. Pilih genre yang Anda sukai, seperti novel, konten digital, atau buku non-fiksi, untuk menjaga motivasi tetap tinggi.

Kedua, “latih kebiasaan menulis harian”. Tetapkan target sederhana[5], seperti 500 kata per hari, dan tingkatkan secara bertahap. Traveloka merekomendasikan menentukan jenis tulisan dulu—apakah blog, novel, atau konten SEO—lalu buat outline untuk menjaga alur. Hindari writer's block dengan menulis bebas tanpa sensor awal; edit nanti. Konsistensi[6] ini membentuk habit, seperti yang disebutkan di Penulis Gunung: lakukan 100 kali berturut-turut untuk menjadikannya bagian dari rutinitas.

Ketiga, “bangun jaringan dan cari pengalaman”. Bergabunglah dengan komunitas seperti Professional Writers Alliance atau grup penulis lokal untuk mentoring dan feedback. Mulai dengan magang di media atau platform freelance seperti Sribu, di mana Anda bisa belajar dari editor profesional.[sribu.com](https://www.sribu.com/id/blog/cara-menjadi-penulis/) Ikuti lomba menulis atau sayembara untuk mengasah skill dan membangun portofolio. Terakhir, pelajari tata bahasa dan teknik SEO jika menargetkan penulisan digital, agar karya Anda mudah diakses audiens luas. Dengan langkah ini, Anda akan bertransformasi dari pemula menjadi profesional dalam waktu singkat, sambil menikmati prosesnya.

Cara Memperoleh Manfaat Finansial dari Tulisannya

Siapa bilang menulis tak bisa menguntungkan? Rahasia finansialnya terletak pada diversifikasi: gabungkan passion dengan strategi cerdas untuk penghasilan yang stabil dan menyenangkan. Di Indonesia, gaji penulis bervariasi dari Rp1.250 per 100 kata untuk pemula hingga Rp8 juta per bulan untuk senior, menurut data Saung Writer[7].

Mulailah dengan “penulisan freelance per proyek”. Platform seperti Upwork atau lokal seperti Projects.co.id membayar langsung untuk artikel, blog, atau konten SEO. Accesstrade menjelaskan ini cocok untuk pendapatan cepat tanpa bangun "nama" dulu—jual skill[8] Anda ke klien, dapat bayaran instan. Senangnya? Fleksibel, kerja dari mana saja, dan setiap proyek seperti petualangan baru.

Untuk jangka panjang, “bangun aset konten”. Buat blog niche (misalnya, keuangan atau travel) dan monetisasi lewat afiliasi, iklan Google AdSense, atau royalti buku. Penerbit Deepublish menyebut mitra penulis bisa raup puluhan juta per bulan dengan jam kerja fleksibel[9], termasuk jasa konsultasi atau lomba menulis. Diandracreative menambahkan bahwa menulis online adalah "investasi[10] dalam kata-kata" yang menghasilkan pendapatan pasif dari traffic berkelanjutan.

Jangan lupa “diversifikasi sumber”. Jual e-book di platform seperti Kobo atau Amazon, tawarkan kursus menulis online, atau jadi ghostwriter untuk influencer. Karier.mu menyoroti skill storytelling dan tren-sadar sebagai kunci untuk konten yang menarik, meningkatkan konversi dan royalti. Yang membuatnya menyenangkan? Penghasilan datang dari karya yang Anda[11] cintai, tanpa mengorbankan kreativitas—seperti Ari Kinoysan[12] yang bilang menulis melampaui uang, tapi tetap memberi imbalan finansial yang memuaskan.

Dengan pendekatan ini, manfaat finansial bukan beban, tapi bonus dari passion Anda. Banyak penulis yang bahagia karena uang mengalir dari karya yang autentik, bukan paksaan.

Menjadi penulis profesional yang bahagia adalah perpaduan antara jiwa kreatif dan strategi bijak. Mulailah hari ini, dan biarkan kata-kata Anda membawa kebahagiaan tak hanya bagi diri sendiri, tapi juga dunia. Jika Anda punya pengalaman pribadi, bagikan di komentar—siapa tahu bisa menginspirasi penulis lain!



 

 



[1] [kompasiana.com](https://www.kompasiana.com/agungmsghai-edumain6203/68db3585ed641579300a35d4/mengapa-menulis-bisa-membuat-guru-lebih-bahagia)

[2] .[yoursay.suara.com](https://yoursay.suara.com/hobi/2024/06/02/120500/menulis-sebagai-hobi-menjadi-lebih-bahagia-tanpa-beban)

[3] .[rafifamir.net](https://www.rafifamir.net/2021/10/6-hal-yang-membuat-seorang-penulis.html)

[4] [id.wikihow.com](https://id.wikihow.com/Menjadi-Penulis-Konten-Profesional)

[5] [traveloka.com](https://www.traveloka.com/id-id/explore/tips/cara-menjadi-penulis-trp/224597)

[6] [penulisgunung.wordpress.com](https://penulisgunung.wordpress.com/2023/08/03/tips-menjadi-penulis/)

[7] [saungwriter.com](https://saungwriter.com/gaji-penulis-artikel)

[8] [accesstrade.co.id](https://accesstrade.co.id/blogs/insights/cara-menjadi-penulis-online-yang-menghasilkan-uang)

[9] [penerbitdeepublish.com](https://penerbitdeepublish.com/gaji-penulis/)

[10] [diandracreative.com](https://diandracreative.com/manfaat-finansial-dari-menulis-investasi-dalam-kata-kata/)

[11] karier.mu](https://www.karier.mu/blog/belajar/karier-content-writer/)

[12] [arikinoysan.com](https://arikinoysan.com/blog/2025/01/11/menulis-bukan-sekedar-mencari-uang/)

 

 

July 13, 2023

Hal yang Membuat Kamu Jadi Penulis Yang Berbeda

 

Oleh harmen Batubara

Bagi yang senang. Menulis adalah pekerjaan yang sangat menyenangkan. Seperti pekerjaan lainnya, menulis juga bisa membuat anda bahagia, berpenghasilan dan senang. Nah terkait hal seperti itu. Seorang sahabat bertanya Pa Harmen bagaimana agar saya bisa senang membaca dan juga bisa jadi penulis?  Jawabannya sebenarnya sederhana saja. Mulai saja dahulu. Nanti dan berikutnya kau bisa melihat sendiri perkembangannya. Tetapi kalau jawaban unggah ungguhnya adalah anda perlu mempunyai: 



Keterampilan Menulis yang Kuat: Kemampuan yang paling penting bagi seorang penulis adalah kemampuan menulis dengan baik. Ini termasuk menguasai tata bahasa, tanda baca, dan ejaan yang baik, serta kemampuan menulis dengan cara yang jelas, ringkas, dan menarik.

Kreativitas: Menulis adalah upaya kreatif, dan penulis sukses mampu berpikir di luar nalar dan menghasilkan ide dan pendekatan unik untuk dalam tulisan mereka.

Ketekunan: Menulis bisa menjadi proses yang menantang dan terkadang membuat frustrasi, dan penulis yang sukses harus memiliki kemampuan untuk terus maju bahkan ketika menghadapi kemunduran dan rintangan.

Keterampilan Riset: Bergantung pada jenis tulisan yang Anda lakukan, riset mungkin merupakan bagian penting dari proses. Penulis yang sukses dapat menemukan dan mengevaluasi informasi dari berbagai sumber untuk menginformasikan tulisan mereka.

Manajemen Waktu: Menulis seringkali membutuhkan banyak waktu dan usaha, dan penulis yang sukses mampu mengatur waktu mereka secara efektif untuk memastikan bahwa mereka dapat memenuhi tenggat waktu dan menghasilkan karya berkualitas tinggi. 

Sehingga dengan demikian nantinya akan  dapat menghasilkan sebuah  tulisan yang menarik, bermanfaat, dan enak dibaca. Teknik menulis jenis tulisan yang satu dengan lainnya pasti berbeda, jelas berbeda, dan itu memang banyak ragamnya, tetapi dari semua itu kalau anda menulis maka menulislah seolah anda sedang bercakap cakap dengan teman yang anda senangi, karena bertutur terhadap teman sehingga berbagai gaya yang anda punya akan terasa sah sah saja.



 Peran Sebuah Isu Dalam Tulisan

Bagai mana Anda Memilih Issu.  Pemilihan isu didalam menulis sangat penting karena tingkat aktualitas/kebaruan dari suatu isu yang dipilih secara tidak langsung akan memperlihatkan betapa pentingnya membaca suatu tulisan; dan ada keyakinan dari tulisan tersebut akan memberikan, paling tidak suatu informasi baru. Kalau pun isu baru tidak ditemukan, tetapi anda masih bisa menyuguhkan sudut pandang baru, atau minimal anda masih bisa atau punya peluang untuk melakukan perumusan ulang terhadap isu lama yang sudah jenuh dibicarakan. Tentu saja banyak isu lain yang dapat dikembangkan secara kreatif dan inovatif yang menunjukkan sifat aktual dan kontekstual dari suatu tulisan. Kejelian melihat sesuatu issu adalah bagian dari ke mampuan sang penulis. 

Defenisi Isu sendiri, adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat diperkirakan terjadi atau tidak terjadi pada masa mendatang, yang menyangkut ekonomi, moneter, sosial, politik, hukum, pembangunan nasional, bencana alam, hari kiamat, kematian, ataupun tentang krisis. Isu juga sering di sebut rumor, kabar burung, dan gosip. Sebagai contoh bisa kita sebutkan saat munculnya isu “ Matinya Ideologi”.  Isu ini muncul dari Daniel Bell dari tulisannya dibuku yang berjudul The End of Ideology. Ia menekankan penolakannya terhadap kepercayaan umum selama ini yang menjadi konsepsi menyeluruh tentang problematik sosial budaya sebagaimana diobsesikan oleh berbagai ideologi sebagai cara bertindak manusia. 

Dalam karyanya The End of Ideology, Bell membagi menjadi 3 bagian atas penolakannya tersebut. Saya hanya menyoroti bagian yang pertama berisi kritik dan analisa Bell atas beberapa pendekatan yang keliru terhadap masyarakat Amerika. Dalam kritiknya terhadap Teori Masyarakat Massa, Bell berpretensi untuk menunjukkan bagaimana sejumlah teori tentang Amerika menyajikan penggambaran yang tidak utuh. Menurutnya Kapitalisme Amerika itu sejatinya berawal dari tumbuhnya perusahaan perusahaan keluarga di tahun 50an.

Menurut Bell kegagalan sosialisme di Amerika berakar pada ketidak mampuan menyelesaikan dilema dasar antara etika dan politik. Sifat dari gerakan sosialis yang berpatokan pada logikanya sendiri, menyebabkan mereka tak bisa berkompromi terhadap kapitalisme. Mood politik pada tahun 30-an sampai 50-an yang menimbulkan depresi besar ekonomi dunia, munculnya fasisme dan imperialism di Negara yang kebudayaannya maju, dan pembunuhan birokratis terhadap jutaan orang membuat Bell memberikan kesimpulan bahwa berakhirlah harapan-harapan agung dan bahwa ideologi telah berakhir di Barat. 

Sebuah karya tulisan bisa menimbulkan gejolak yang hebat serta melahirkan isu yang kaya imaginasi dan memerlukan penjelasan. Di Sinilah seorang penulis di tuntut untuk dapat memilih suatu isu dengan memanfaatkan trending suatu isu. Isu itu sungguh luas dan banyak ragamnya. Misalnya takkala isu geng motor sedang ramai. Sebagai seorang penulis anda akan dengan mudah membuat suatu tulisan yang menarik tentang trending motor yang cocok untuk para geng motor itu sendiri. Anda tinggal mencari motor yang harganya tidak terlalu mahal, tarikannya responsip dan modis atau mudah dimodifikasi jadi sangat sangar. Sebagai seorang penulis memilih isu adalah sebuah ke jelian tetapi bisa dikalkulasi. Anda dapat memanfaatkan mesin pencari isu nya Google yang dikenal juga dengan Keyword Planner. Anda bisa memanfaatkan software ini untuk mencari trending topik atau issu dalam bidang apa saja. Sebagai penulis anda sebaiknya harus dapat memanfaatkan software tersebut, dan itu gratis. 

Kuasai Ketrampilan Riset 

Google Keyword Planner sejatinya adalah alat yang disediakan oleh google untuk mereka yang mau pasang Google adwords agar dalam memasang adwords lebih tepat sasaran dalam mendatangkan pengunjung ke situs/website.Namun jangan lupa alat ini ternyata bisa anda manfaatkan dalam merencanakan pemilihan judul,deskripsi dan keyword (isu) yang tepat bila anda hendak membuat blog/website. Maka dengan memanfaatkan Riset Keyword Dengan Google Keyword Planner maka anda akan bisa melihat mana kata kunci yang lagi trending satu dua tahun ke depan sama dengan para blogger yang sebelum mereka menentukan judul blognya juga memanfaatkan tool ini untuk menentukan judul untuk website,deskripsi,maupun keyword yang akan di pilih buat blognya. Terimakasih telah membaca.

June 22, 2021

Semua Punya Peluang Nikmati IhtiarMu


 Semua Punya Peluang Nikmati IhtiarMu

 Oleh : Harmen Batubara   

Menurut Gede Prama[1], setiap orang lahir bersama peluangnya. Saya percaya itu, meskipun seseorang itu lahir di tengah keluarga miskin, perkampungan miskin yang kumuh semua itu tidak akan mematikan peluang seseorang. Tetapi sebaliknya kemiskinan dan kesusahan yang diakibatkannya malah jadi “ medan olah yudha” atau kesempatan yang tiada tara untuk menempa diri hingga menjadi seseorang yang mampu mengatasi semua persoalan hidupnya. Sebagai referensi saya kemukakan dua tokoh berikut ini. 

Bahlil Lahadalia, sejak kecil dia sudah dalam putaran kehidupan miskin. Sejak SD dia sudah terbiasa membantu Orangtua. Karena memang saat itu keluarganya,  nyaris tidak punya apa-apa.  Mamahnya terpaksa jadi tukang cuci di rumah tetangga. Hal itu untuk bisa membantu bapaknya yang bekerja sebagai  buruh kuli bangunan dengan gaji saat itu Rp 7.500/hari setara dengan Rp 100.000. saat ini. Keluarga dengan 8 orang bersaudara ini, awalnya 9, salah satu meninggal dunia, Bahlil adalah anak kedua. Kita juga pasti paham, bahwa setiap anggota keluarga ini secara tidak langsung pasti telah berparti sipasi dan memberikan kontribusinya masing-masing. Bisa jadi tidak ada pembagian tugas secara tegas, tetapi semua mengambil peran sesuai kebutuhan. Ada yang ikut strika, ada juga yang ambil jemuran atau ada juga jajakan jualan dst dst. Keluarga kecil itu telah dibimbing oleh alam untuk bisa mengatasi masalah mereka sendiri. Persoalan kehidupan itu telah mampu membuat mereka lebih solid, lebih bekerja sama. Dia merantau ke Jayapura. Dia mampu kuliah di sana dengan biaya yang dia cari sendiri.  Memang tidak mudah. Tetapi ia bisa. Barulah setelah Bahlil bisa jadi Ketua Senat di Universitasnya, barulah ia sadar bahwa ia sebenarnya mempunyai kemampuan luar biasa. Sejak itu Dia  bertekat untuk menghentikan Kemiskinan yang menggelutinya. Dia berhasil, dan malah jadi Pimpinan perusahaan dengan gaji 35 juta perbulan. Pencapaian yang luar biasa. Sejak itu keberhasilan demi keberhasilan terus menyertainya. Hingga ia kini jadi Menteri Negara.


Setiap Asa Bertabur Nikmat

Tokoh kedua, yakni Dahlan Iskan. Bagaimana Dahlan Iskan menghentikan Kemiskinannya?  Juga tidak kalah menariknya. Ia adalah bahagian warga tergolong miskin dan sangat miskin, terhitung sejak ia lahir hingga berkeluarga dan bekerja menjadi reporter  surat kabar Lokal di Samarinda. Tidak hanya itu Dia juga di DO dari  Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Cabang, Samarinda dan juga dari Universitas 17 Agustus, Samarinda di tahun 1975.  Baginya itu adalah sesuatu yang biasa saja. Masalahnya dia melihat peluang pada saat yang tidak tepat. Jadi harus ada yang dikorbankan. Namun demikian pada masa-masa itu, adalah masa-masa kehidupan Koran Kampus, atau Koran yang diterbitkan oleh para Mahasiswa  “menarik” dan berkembang. Koran Kampus dan Koran Nasional saling sinergis, rakyat menyukainya. Koran kampus bisa memberikan mereka, honor dan juga nama. Apalagi pada tahun-tahun 1975 an itu, para mahasiswa lagi getol-getolnya mengkritisi Orde Baru. Masih ingat Malari 1974?   Peristiwa Malari (Malapetaka Limabelas Januari) peristiwa demonstrasi mahasiswa dan kerusuhan sosial yang terjadi pada 15 Januari 1974. Protes mahasiswa atas kehidupan susah serta pemerintahan yang sangat tergantung dengan Modal Asing. Ternyata tulisan-tulisan Dahlan Iskan cukup banyak yang meminatinya. Tahun 1976, dia berhasil bergabung dengan Tempo Group dan kembali ke Surabaya. Sejak itu, ia terus mencetak keberhasilan demi keberhasilan. Kemiskinan telah mengasahnya menjadi seorang anak muda yang tahan banting. Kemiskinna telah menempanya menjadi sesuatu kekuatan yang luar biasa. Sesuatu yang bisa menujukkan bahwa ia sudah terasah dari “sananya”. Ia mampu menjadi penulis hebat dengan jabatan Peminpin Redaksi Jawa Pos. Ia juga mampu mengangkat Koran Jawa Pos yang tadinya hampir Kolaps dengan hanya 6000 eksemplar perhari menjadi 300 ribu eksemplar per hari. Ia mampu menjadi pengusaha yang kantornya saja bisa dia bangun sebagai Kantor termegah di Jawa Timur.  Kariernya terus melambung selepas menjabat sebagai Pemimpin Surat Kabar Jawa Pos (1982-2005); kemudian Mendirikan Stasiun Televisi Lokal JTV (2002); menjadi Komisaris PT Fangbian Iskan Corporindo (FIC) (2009) dan oleh presiden SBY diangkat menjadi Direktur Utama PLN (2009-2011) dan kemudian menjadi Menteri Badan Usaha Milik Negara (2011 – 2014).



Ya Menurut Gede Prama, setiap orang lahir bersama peluangnya. Namun sebenarnya, kalau kita  jeli belum tentu setiap orang peduli terhadap peluang. Banyak pula diantara kita yang tidak sempat berpikir tentang peluang itu sendiri. Umumnya kita menerima saja ritme kehidupan itu, terserah ia mau dibawa kemana. Tetapi sudah tepatkah sipat seperti itu ?  Kalau hidup sudah tidak lagi pernah dievaluasi, maka sebenarnya  ritme seperti itu tidak ada bedanya dengan ritme kehidupan hewani. Ya, hidup adalah hari ini, persoalan besok itu soal lain lagi. Atau kelewat  peduli seperti kata  WS Rendra, “ Kemarin- esok adalah hari ini “. Atau apakah anda tidak percaya bahwa segala sesuatunya itu telah sesuai dengan desain sang pencipta ?

Mereka yang mempunyai paham optimis,  meyakini bahwa peluang sebenarnya selalu ada dan akan ada. Masalahnya peluang itu  sering muncul tidak persis seperti yang kita asumsikan. Kalaupun ia datang, kondisinya tidak ideal sebagaimana yang diharapkan. Katakan anda dari Bandung, tepatnya dari Cimahi mau ke Jakarta dan inginnya lewat Puncak. Tetapi setiap Bis yang anda stop, selalu penuh dan mereka tak mau membawa anda. Sementara pada waktu yang bersamaan dan malah hampir setiap saat selalu ada Angkutan Kota dari Cimahi ke Cianjur, dan umumnya selalu saja tersedia tempat kosong. Kalau saja anda mau, anda bisa naik itu; dan dari Cianjur bisa diteruskan oleh Angkot  Cianjur- Bogor dan seterusnya Bisnonstop Bogor – Jakarta.

Sesungguhnya, peluang itu sebenarnya selalu ada; hanya kitalah yang tidak persis mengenalnya atau kalaupun ia datang wujutnya tidak seperti yang kita persepsikan. Untuk selalu mampu mengambil peluang itu, dibutuhkan talenta dan kesediaan  untuk berubah. Hal seperti ini, sulit untuk bisa diterima oleh setiap orang. Orang umumnya tidak mau kalau suatu perubahan itu, berlangsung dengan ritme yang berbeda. Orang cenderung ingin sesuatu yang biasa atau yang lazim serta dapat diperediksi secara jelas. Sangat sulit dibayangkan seseorang yang telah belasan tahun menekuni usaha atau kariernya untuk kemudian merubah arah serta memulainya dari posisi lebih bawah lagi; padahal  secara sadar ia tahu persis  kesempatannya di tempat lama sudah dapat dikatakan pupus sama sekali.

 

 



[1] Gede Prama adalah seorang penulis, pembicara, dan motivator . Ia pernah belajar di Lancaster, Inggris serta Fontainebleau, Prancis. Ia pernah menjadi CEO di dunia korporasi pada usia 38 tahun.

June 2, 2020

Menulis Telah MemberiKu Semuanya


Ketika Semua Jalan Tertutup 


Pembaca yang budiman, perkenankan saya menuliskan penggalan cerita yang secara langsung menyangkut jalan kehidupan kepenulisan saya serta berkah yang dihasilkannya. Bisa jadi hal seperti ini jauh dari memadai, tetapi sejujurnnya menulis telah memberiku segalanya.Harapan yang memberikan semangat, semangat kehidupan yang enak dan bahagia untuk dilakoni. Memang masih tetap dalam batasan bersahaja tetapi sungguh memberikan kebahagiaan tersendiri. Menulis ternyata bisa membuka peluang dan memberikan rasa bermakna dan juga menyelesaikan persoalan itu sendiri.
Ini adalah penggalan jalan kehidupan penulis, terkait kegiatan menulis. Saya yakin hal seperti ini akan memberikan sedikit makna bagi banyak orang. Namun demikian saya percaya semua orang mempunyai penggalan kehidupannya sendiri-sendiri yang juga tidak kalah menariknya. Penggalan kehidupan yang tertatah dengan emas dan bahkan berlian. Karena itu saya juga bisa menahan diri. Tetapi yang ingin saya kemukakan di sini adalah saya pernah mengalaminya, yakni hanya punya satu pilihan. Yakni untuk jadi seseorang sebagai penulis. Padahal dari sananya, saya sama sekali jarang bersentuhan dengan upaya untuk menulis. Memang membaca saya suka. Tetapi untuk menuliskannya, saya selalu kesulitan. Kesulitan untuk menyusun kata-katanya. Mana kata-kata yang harus di dahulukan. Pendek kata menulis adalah sesuatu yang tidak terpikirkan sejak dari awalnya.
Pernah dengar dengan istilah tentang anak batak di perantauan kan? Batak tembak langsung. Tapi ini untuk setting ceritra tahun tahun 70an. Itu menurut saya adalah upaya untuk menggambarkan anak-anak batak yang di kampungnya sana, dia dengan segala keterbatasannya. Dia yang aslinya belum tahu apa-apa, dia yang tidak tahu apa itu universitas, apa itu aturan lalu lintas jalan; tidak tahu mana saatnya stop dan mana saat jalan ketika melihat lampu setopan “abang-ijo” di perempatan jalan. Tetapi semua itu tidak menyurutkan semangat mereka untuk melanjutkan kuliah ke Jawa. Banyak dari mereka yang kondisi orang tuanya, sungguh tidak memungkinkan untuk membiayai kuliahnya. Tapi anak-anak batak itu tetap nekat. Tidak berbeda dengan anakan penyu yang meluncur ke laut, dari ribuan yang berlari yang sampai hanya beberapa. Saya salah satu diantaranya. Saya waktu itu, hanya berbekal uang sebesar 15 ribu rupiah dengan kesanggupan orang tua biaya bulanan satu ribu perbulan, dengan tujuan  Yogyakarta. Ongkos kapal waktu itu sudah 6 ribu, uang daftar di UGM 3 ribu. Belum lagi ini itu, jelas membaginya tidak bisa atau sangat sulit sekali.
Tapi itulah jalannya kehidupan, panggilan suratan tangan. Sesungguhnya kisah itu sendiri jauh lebih menarik kalau dituliskan dengan hati. Bagaimana anak kampung dengan semua ke idiotannya menapaki hidup di kota besar metropolitan. Banyak dari teman-teman meski tetap terbatas, tetapi umumnya punya uang bulanan bervariasi, antara 15-25 ribu perbulan. Tapi hal itu sama sekali tidak memberi pengaruh yang berlebihan bagi perjalanan nasibku. Sangat bersyukur karena meski dengan berbagai keterbatasan itu, ternyata saya diterima kuliah di UGM. Saat itu sebuah pencapaian luar biasa. Apalagi bagi seorang siswa lulusan SMA pedalaman dari Sumatera. Tetapi dengan uang satu ribu rupiah perbulan jelas ini sebuah tantangan. Tantangannya nyata dan sungguh luar biasa.
Saya sendiri punya jurus kehidupan langka tapi, menurut saya pas. Misalnya dalam mencari tempat Kos, carilah di wilayah kota yang tidak ada listriknya. Maksudnya agar segalanya lebih terjangkau dan murah. Lokasi itu saya temukan, yakni di Gondolayu, pinggir kali Code. Memang kondisinya kumuh, dan tempat mandinya juga di sumur-sumur seadanya di pinggiran kali code kala itu. Tapi bagi anak kampung seperti saya jelas itu jauh lebih baik dari di Kampung. Waktu itu saya malah dapat tempat kost yang tidak perlu bayar apa-apa.



Persoalan berikutnya adalah bagaimana hidup dengan uang sebesar itu? Memang harga beras waktu itu per kilonya masih rp 30 rupiah. Jadi 10 kg harganya sebesar 300 rupiah. Tapi hidup dengan uang 700 rupiah perbulan, sudah termasuk semuanya secara logika itu tidak masuk akal. Teman saya yang waktu itu kost di asrama Realino, bayarannya sudah 15 ribu rupiah per bulan. Tapi saya sangat percaya jalan pasti ada. Saya  yakin sekali, jalan untuk itu pasti ada. Cuma sayangnya saya belum tahu. Dari berbagai analisa yang saya lakukan, maka jalan yang tersedia adalah jadi penulis di koran harian. Karena menulis tidak terikat waktu, tidak mengganggu waktu kuliah. Tapi menulis untuk bisa dimuat di koran tentunya, bukanlah tulisan yang dibuat oleh penulis seperti saya yang tidak tahu apa-apa tentang menulis. Tapi jalan itu jelas terbuka. Dan saya percaya jalan saya ada di sana. Cuma bagaimana memulainya.
Saya beruntung dan tergolong anak anak yang mudah beradaptasi, dan dengan cepat saya mendapatkan tugas sebagai pembersih dan penunggu “kantor” RW. Sebagai petugas RW saya boleh memakai sarana itu kapan saja, tugas saya hanya merawat kantor, mengetikkan dan menyampaikan surat-surat dinas dan undangan. Entah bagaimana ceritanya, pak RW malah membolehkan saya tinggal di situ, lengkap dengan makan minum gratis di warung yang ada di dekat kantor itu. Coba bayangkan, alangkah murahnya hati pak RW itu. Tuhan menolongku lewat kebaikan hati pak RW. Sederhananya saya dapat pekerjaan jadi penjaga dan merawat kantor RW tanpa upah, tetapi sebaliknya saya bisa tinggal di kantor itu dan dapat makan. Sungguh pencapaian yang luar biasa dan, itu saya peroleh ketika saat mandi di pinggiran kali code.
Sungguh saya sangat bersyukur karena “tangan Tuhan” memberikan saya begitu mudahnya dan semuanya. Tempat tinggal dengan semua sarananya, malah ada listrik, air ledeng dan mesin tik kantor yang bisa saya pakai sampai pagi. Padahal umumnya warga di kampong itu ya hanya dengan lampu teplok dan air sumur. Waktu itu, sasaran dan tekad saya hanya satu jadi penulis. Menulis untuk mendapatkan honor bagi kelanjutan kuliah. Sebagai mahasiswa UGM akses ke perpustakaan terbuka lebar, bahan bacaan saya melimpah. Meski saya tidak atau belum bisa berbahasa inggeris, tapi anehnya saya merasa ngerti apa yang dimaksudkan oleh tulisan dalam buku-buku atau majalah berbahasa inggeris itu. Jadi seolah ide tulisan itu bisa saya tangkap untuk kemudian saya tuliskan dalam aroma dan suasana kehidupan sosial masyarakat kita. Saya terus menulis, menulis, menulis dan menulis. Menulis dengan mesin tik sebelas jari setiap ada kesempatan.
Sampai suatu hari setelah enam bulan mengetik tulisan siang  dan malam. Salah satu tulisan saya dimuat di Koran dua mingguan EKSPONEN YOGYAKARTA. Aduh senangnya bukan main. Rasanya dunia ini jadi begitu indah. Saya lalu mengajak anak pak RW mengambil honor tulisan itu di jalan KH Dahlan. Memang besarnya hanya 500 rupiah, dan honor itu sendiri saya berikan ke anaknya pak RW. Maka sontak di desa itu nama saya jadi buah bibir dan terkenal, mahasiswa UGM itu ternyata pintar juga menulis. Tetapi yang lebih heboh lagi, dua minggu kemudian, koran Sinar Harapan Jakarta memuat tulisan saya dengan honor 27.500 rupiah begitu juga dengan Surabaya Post dengan honor 30.000 rupiah. Setelah itu tulisan saya sudah ada dimana-mana. Bayangkan teman-teman saya umumnya hanya punya wessel antara 15-25 ribu perbulan sementara saya sudah punya penghasilan dengan rata-rata 30 ribu perbulan.
Saya percaya kemudahan itu, memang diberikan Tuhan pada saya karena saya telah meminta kepadaNYA. Saya telah melakoni hidup dengan penuh adaptasi, menjaga hubungan baik, menjadi anak muda yang santun dan ringan tangan. Saya tahu banyak orang yang bersimpati dengan upaya saya, ditambah lagi doa kedua orang tua setiap saat. Sejujurnya saya juga tahu dan yakin bahwa dalam perjalanan kehidupan saya, Tuhan pasti membantu saya dan yakin seyakin yakinnya bahwa pertolongan Tuhan pasti datang bila sudah tiba saatnya. Saya hanya perlu bersabar, bersabar dan ihtiar. Tapi kapan? Itulah rahasiaNYA. Karena itu saya melakukannya dengan yang terbaik, dengan empati serta dibalur dengan semangat pantang menyerah. Berkarya dengan merebut HatiNYA. Dengan referensi seperti itu, saya ingin menuliskan buku ini bagi anak-anak muda zaman sekarang. Zaman dimana semua serba ada dan serba tinggal sentuh.
Saya menikmati kehidupan masa muda saya di Gondolayu selama dua tahun. Pada tahun ke tiga saya sudah bisa menyewa kamar di Jetis Harjo tepat di depan Teknik Geologi UGM waktu itu. Sebagai mahasiswa penulis saya juga sudah punya sepeda motor, dan bisa membayar berbagai kebutuhan saya sebagai mahasiswa Yogya.  Setelah saya memasuki kuliah di tahun ketiga, maka dunia kepenulisan telah mulai memudar karena digantikan oleh dunia survei dan pemetaan. Dari segi penghasilan, tantangan kerja di lapangan ternyata dunia survei lebih menantang. Menulis bagi saya waktu itu hanyalah jadi selingan, sementara kehidupan saya sudah sepenuhnya di topang oleh pekerjaan survei dan pemetaan. Apalagi waktu itu saya juga diangkat sebagai Chief Surveyor untuk lembaga penelitian kerja sama UGM dan KemenPU dalam hal penelitian persawahan Pasang Surut. Kehidupan mahasiswa saya sangat mennyenangkan. Mandiri, penuh dinamik dan antusiasme.
Sehabis dari Yogyakarta, saya kemudian masuk Perwira wajib militer dan menjadi Letnan Satu di Direktorat Topografi TNI-AD. Saya sangat senang dengan kehidupan baru saya sebagai prajurit TNI. Porsi latihannya menurut saya banyak, hidup kita seolah hanya berkisar belajar, latihan dan penugasan. Kemudian kembali lagi ke barak, sekolah lagi dan latihan lagi untuk kemudian ditugaskan ke lapangan. Pekerjaannya penuh dan menarik hanya dalam hal kesejahteraan sungguh sangat terbatas. Dalam kondisi seperti itulah, saya kemudian melihat lagi potensi kepenulisan saya. Saya terlanjur senang dengan kehidupan prajurit tetapi dari sisi kesejahteraannya sungguh sangat terbatas dan perlu tambahan.

Waktu itu saya berhasil mendapatkan izin dari Komandan ( maksudnya boleh menekuni kepenulisan asal jangan menyangkut kebijakan pemerintah dan perihal kehidupan sosial, selebihnya silahkan). Maka saya kembali melihat potensi menulis dalam kehidupan saya. Ketemu kembali kawan lama dalam hal kepenulisan dan jadilah saya memulainya jadi  staf redaksi di Majalah MEKATRONIKA di Bandung. Saya melakoni hidup yang ambi valen ya? Ya kira-kira begitulah. Sebagai prajurit saya suka kehidupannya, saya suka pekerjaannya, pelatihannya disiplinnya,  tetapi untuk hidup saya harus jadi penulis dan menulis. Gambarannya lebih kurang begini. Sebagai prajurit dengan pangkat Lettu (1982 an) gaji dll nya semua 90 ribu perbulan, sudah termasuk Uang Lauk Pauk. Cicilan rumah 60 ribu perbulan. Hidup dengan 30 ribu dengan keluarga jelas sangat tidak memadai.
Tetapi dengan menulis saya kemudian memperoleh honor sebenar 75 ribu perbulan dengan volume tulisan minimal satu tulisan dalam satu minggu. Saya kemudian mendapatkan kontrak kepenulisan buku dengan kesediaan penerbit mau membayar satu naskah buku sebesar satu juta rupiah. Kontrak aslinya jumlah honor adalah 12.5 % dan harga buku (cover price), tetapi penerbit mau membayarkan satu juta per satu naskah dengan catatan nantinya akan di perhitungkan kembali. Karena waktu itu saya mintak ada pembayaran di depan sebagai biaya produksi yang meliputi beli buku-buku, penelitian dll. Maka jadilah saya prajurit dengan gaji sebesar  1.250 ribu rupiiah per bulan. Wow sungguh luar biasa. Sebab setiap bulan saya bisa menghasilkan satu naskah buku plus lain-lain. Secara finansial saya tergolong kuat tetapi dari segi kerja, memang kerjanya dengan berbagai arah.
Kondisi seperti itu bisa bertahan sampai satu tahun, karena kemudian tuntutan hidup ke prajuritan saya menghendaki tugas lain. Yakni sekolah ke luar negeri, ke banyak negara sahabat seperti Amerika, Australia, Inggris dan Belanda. Kalau masa itu sudah era dot com mungkin, kehidupan seperti itu malah jadi tantangan yang sangat menarik. Tetapi karena dunianya masih sangat manual, maka kerja sebagai penulis harus kembali di nomor duakan. Tapi untungnya, sebagai tugas belajar di luar negeri kita juga mendapatkan berbagai tunjangan. Tunjangan pakaian itu sudah pasti, TNI memberikan semuanya, dan tergantung lagi musim apa di sana. Jasnya saja ada 4 stel, jas dan stelan untuk kehidupan sosialisasi di tengah komunitas internasional lainnya baik sebagai warga biasa (sipil) maupun sebagai prajurit. Tunjangan berbentuk uang, yang jumlahnya itu US$24 per hari. Boleh dikatakan, dalam tiap tahunnya 6 bulan di luar negeri untuk berlatih dan belajar di luar negeri dan enam bulan lainnya di lapangan di wilayah nusantara. Menulis sudah tidak sempat lagi. Tapi satu hal yang pasti menulis dalam perjalanan hidup saya telah memberikan warna yang sangat khas, dan saya sangat menikmatinya. Menulis telah memberikan saya apa saja, termasuk segalanya di saat semua jalan seolah sudah terutup. Semoga ada manfaatnya.

April 8, 2019

Paket Tiga Buku Best Menjadikan Anda Penulis Profesional



Tiga buku ini sejak awal sudah di desain untuk menjadikan Anda Penulis Profesional. Buku yang cocok sebagai bekal awal bagi melahirkan seorang penulis sederhana tapi profesional. Penulis yang mampu menjadikan penghidupan dari kepenulisan.
Buku Pertama, Ketika Jalan Terutup Menulis Malah Memberiku Segalanya. Adalah kisah tentang seorang mahasiswa yang terjebak dan nyaris berhenti, ketika ia tidak punya uang untuk kuliah. Tanpa bakat, tanpa kemampuan menulis-tetapi malah bertekat menjadikan menulis sebagai usaha untuk membiayai kuliahnya. Latihan-latihan-dan latihan sampai ahirnya ia bisa jadi penulis di Koran harian dimana-mana. Diujung perjuangannya-mahasiswa itu malah dapat menjadikan dirinya penulis kampus serta jadi penulis lepas sebagai sumber kehidupannya dan malah penghasilannya mampu melebihi wesel bulanan dari para temannya yang kebetulan jadi anak Bupati. Itu kisah riel, karena saya sendirilah pelakunya. Buku ini mengalir dari pengalaman pribadi dibekalkan dengan berbagai ilmu lain untuk memperkuatnya.



Paket Tiga Buku Best Menjadikan Anda Penulis Profesional

Tiga buku ini sejak awal sudah di desain untuk menjadikan Anda Penulis Profesional. Buku yang cocok sebagai bekal awal bagi melahirkan seorang penulis sederhana tapi profesional. Penulis yang mampu menjadikan penghidupan dari kepenulisan.
Buku Pertama, Ketika Jalan Terutup Menulis Malah Memberiku Segalanya. Adalah kisah tentang seorang mahasiswa yang terjebak dan nyaris berhenti, ketika ia tidak punya uang untuk kuliah. Tanpa bakat, tanpa kemampuan menulis-tetapi malah bertekat menjadikan menulis sebagai usaha untuk membiayai kuliahnya. Latihan-latihan-dan latihan sampai ahirnya ia bisa jadi penulis di Koran harian dimana-mana. Diujung perjuangannya-mahasiswa itu malah dapat menjadikan dirinya penulis kampus serta jadi penulis lepas sebagai sumber kehidupannya dan malah penghasilannya mampu melebihi wesel bulanan dari para temannya yang kebetulan jadi anak Bupati. Itu kisah riel, karena saya sendirilah pelakunya. Buku ini mengalir dari pengalaman pribadi dibekalkan dengan berbagai ilmu lain untuk memperkuatnya.



Buku kedua Rahasia Sukses Penulis Preneur adalah buku yang membekali anda untuk mentransformasi kemampuan menulis tradisional,menjadi penulis di era Life Style Dot Com. Bagi penulis yang masih asing dengan berbagai gadget dunia Online buku ini cocok buat anda; Penulis Life Style Dot Com, penulis yang dapat memanfaatkan media Online jadi ladang kepenulisan baru-seorang penulis yang diberi bekal untuk bisa membuat website-mulai dari nol hingga websitenya bisa muncul di halaman pertama mesin pencari Google- juga dia diberi bekal untuk memanfaatkan media social seperti Facebook-twitter-Trumbl-Linkedin-Pin It-Stmble Upon-Google + dll. Penulis yang diberi bekal untuk mencoba sedari awal membangun brand nya sendiri. Sampai ia bisa menjadi professional dalam kepenulisannya. Menurut saya , sungguh sebuah buku yang penuh dengan berbagai ilmu dan ketrampilan yang diperlukan oleh seorang penulis di era Lifestyle Dot Com.

Buku ketiga,7 Cara Menulis Artikel Yang Disukai Oleh Koran adalah buku pembekalan yang baik dan teruji untuk berhasil memasarkan tulisannya di berbagai media masa khususnya Koran. Buku yang memperlihatkan bagaimana cara-cara yang cerdas dan efektif untuk bisa menjadikan anda sebagai seorang penulis professional di Koran-koran harian-mingguan atau majalah bulanan. Cara-cara yang sudah teruji dan dilakukan oleh para ahli dalam menulis. Dengan berbekal buku ini; saya yakin anda akan jadi penulis handal, yang tulisannya pasti di senangi oleh para pemimpin redaksi Koran koran yang tulisan anda akan kirimi. Para sahabat atau siapapun anda-dengan berbekal ketiga buku ini sejatinya telah lebih dari cukup untuk menghantarkan anda menjadi penulis bersahaja yang disenangi oleh para pembacanya. Dan dibalik semua itu, anda juga akan bisa menjadi seorang penulis yang sepenuhnya bisa menghandalkan hidup dari menulis.

April 4, 2019

7 Cara Menulis Artikel Yang Disukai Oleh Koran



7 Cara Menulis Artikel Yang Disukai Oleh Koran
Jumlah halaman-263 halaman
ISBN-978-602-1062-76
Cetakan ke-2

Mengirimkan artikel ke suatu harian atau Koran atau umumnya kolom opini di media massa, mungkin menjadi dambaan bagi para penulis. Entah menulis untuk koran berskala nasional atau pun lokal, yang jelas ada prestise tersendiri bagi penulisnya serta kepuasan berbagi perspektif pada masyarakat. Namun demikian, kita harus punya perhitungan sebab kita akan bersaing dengan banyak penulis profesional. Keraskah persaingan itu? Jawabnya tentu relative. Kalau tulisan anda memang bagus dan berkualitas serta pada waktu yang tepat, maka kemungkinan artikel anda untuk dimuat besar sekali. Tetapi apakah itu suatu jaminan? Tentu tidak, sebab pada ahirnya yang berhak menentukan dimuat tidaknya tulisan anda tersebut tergantung Redaksi dan Pimpinan Redaksinya. 

Buku 7 Cara Menulis Artikel Yang Disukai Koran memperlihatkan bahwa dalam upaya menulis di media arus utama ini, kita perlu banyak belajar dari penulis lain tentang keberhasilan mereka menembus media massa. Yakni dengan membaca artikel-artikel mereka serta memperhatikan waktu artikel tersebut dimuat. Salah satu rubrik paling polpuler adalah opini, dimana banyak penulis profesional begitu antusias menulis di sini. Karena itu, saya ingin mengatakannya di sini, bahwa mencoba kemampuan menulis anda bisa diukur dari sisi ini. Meski demikian bukan berarti sebuah tulisan yang tidak bisa dimuat di suatu kolom opini Surat Kabar berarti tulisan tersebut jelek. Dalam hal ini ada terpaut soal selera. 



Tetapi sebagai calon penulis professional hal seperti ini bisa jadi pertanda. Mampukah anda membuat tulisan dan dimuat di Koran tersebut. Mulailah berjenjang, urutkan dari Koran kecil di kota anda, kemudian ke kota tetangga dan seterusnya hingga Koran terbaik di negeri ini. Menurut saya ide seperti itu akan mampu menumbuhkan adrenalin kepenulisan anda, dan itu sesuatu yang menarik. Hal itulah yang diuraikan dalam buku ini.

February 8, 2019

Penulis Pro : Jadilah Penulis Apa Adanya Saja



Penulis Pro :  Jadilah Penulis Apa Adanya Saja


Kalau secara “to the point” maka makna pnelis professional itu, sebenarnya lebih merujuk kepada pekerjaan. Ya sebagai pekerjaan penulis Profesional yang sudah memasang tariff atas berbagai tulisan yang ia hasilkan. Disini  kepenulisan itu, sudah jadi komoditas professional yang ada kualitas, karakter dan lengkap dengan harganya. Pada hakekat sebenarnya, entah apapun perangkat keprofesionalismean pekerjaan anda, maka yang lebih penting adalah apakah anda bahagia dengan pekerjaan anda. Kalau anda senang dan bisa bahagia karenanya maka itu sudah cukup. Mau disebut sebagai penulis professional atau penulis saja, tidak akan buat perbedaan. Kalau tulisan anda sudah punya “trade mark” tersendiri serta punya komunitas yang jadi penggemarnya, maka itu saja sudah lebih dari Cukup. Soal apakah itu akan mampu memberikan penghasilan yang baik? Tentu tinggal pada cara pemasarannya.

Pernahkah terlintas dalam pikiranmu bahwa penulis terkenal, punya nama, kaya secara material dan hidup ala selebriti di berbagai dunia panggung? Tetapi sebenarnya mereka juga hanyalah penulis biasa saja. Penulis yang siapa saja sebenarnya bisa menuliskannya. Anda pasti ingin klarifikasi? Masa Sih? Cobalah perhatikan. Berbagai  tayangan live Show  di Televisi, terserah  apa genrenya, ada banyak  penggemar dan berhasil menghasilkan “bintang” bintang  tenar, kaya raya dsb dsb. Apakah tayangan atau show itu memang bagus? Nope! Belum tentu? Memang ada yang bagus tetapi lebih banyak lagi yang biasa-biasa saja. Lalu apa intinya? Ya lihatlah industeri yang melahirkan bintang dan mega bintang nya itu. Merekalah yang punya hajat, merekalah yang punya “selera” dan merekalah yang menentukan mana bintang yang Top dan mana yangTop sekali.



Nah di sanalah bedanya. Kalau banyak anak muda yang ingin jadi penulis Idola, berkarya, dan kaya raya maka jadilah bagian dari “pentas Show” yang diusung oleh industeri penerbitan. Bukan apa-apa. Karena begitu mereka berhasil menjadikan sebuah buku “Booming”, maka perhatikanlah hanya dalam hitungan minggu akan muncul lagi buku-buku baru yang lebih hebat, yang lebih “booming” dari yang sebelaumnya. Padahal hanya dalam tenggat waktu yang demikian terbatas?  Kapan Penulisnya bisa menuliskannya? Karena mesin industeri penerbitan itu bekerja, mereka mampu mendikte selera; anda kalau tidak membaca buku terbitan mereka, pasti anda tergolong kuno. Nggak tahu jaman, nggak gaya, nggak ngarus dst dst.
Hanya satu tindakan yang harus anda ambil. Membeli buku mereka, dan menyebut sang Penulisnya sebagai “penulis hebat, penulis cerdas” yang dilahirkan zaman. Kalau anda berani menyebut yang sebaliknya, maka anda pasti dibilang tidak punya akal sehat dan anda memang orang yang tidak bisa mengikuti zaman. Itulah dunia panggung. Industeri memang harus mampu membuat panggung- panggung yang melegenda. Tanpa itu rasanya sepi. Masalahnya? Apakah anda berada dalam “radar” mereka? Kalau tidak ya anda hanya akan jadi sekedar penulis professional. Memang tidak kaya sekali, tetapi anda layak hidup seperti para professional lainnya. Mungkin tulisan ini akan sedikit banyak bisa membantu anda untuk menjadi penulis professional.

Tahu Selera Pasar

Penulis Yang Tahu Selera Pasar   Tapi jangan salah persepsi, setiap segmen ( niche) mempunyai pasarnya sendiri-sendiri. Ada pasar yang ramai, tetapi hanya diminati oleh para pembaca yang menengah ke bawah. Sebaliknya ada juga segmen yang sebenarnya tidak banyak peminatnya, tetapi umumnya disukai oleh mereka yang punya daya beli. Dan banyak lagi ragamnya. Sekarang memang semua sudah ada “perangkat” atau “tool” yang bisa membantu anda. Anda bisa membaca selera pasar pada segmen yang anda suka lewat “Google” jelasnya “Google Keyword Planner” atau berbagai software yang memungkinkan anda tahu dengan benar, seperti apa sebenarnya “realitas” segmen yang akan anda kan tulis.

Begitu anda happy dengan segmen yang akan anda tulis, maka lakukanlah Riset perihal segmen yang akan anda tulis. Riset di sini adalah lewat “dektop” publishing artinya riset lewat berbagai tulisan Online terkait segmen yang akan anda tulis tersebut. Ingat kalau melakukan riset, perhatikan obyek yang anda riset; pilih juga kredibilitasnya.  Anda harus telaten saat dimana anda memanfaatkan data apa adanya dan pada saat yang mana harus memilih data dari sumber-sumber yang punya kredibilitas. Misalnya dari kalangan penerbit atau harian yang sudah punya jam terbang puluhan tahun; dari data atau publikasi kalangan universitas ternama; serta publikasi yang bisa anda yakini kredibilitasnya. Kemudian yang juga tidak kalah menariknya.  Apakah nantinya anda dalam menerbitkan buku tersebut hanya mengandalkan pada para penerbit “Mayor” yang memang hidupnya hanya dari dunia penerbitan Buku? atau anda terbitkan sendiri lewat pola “Selfpublishing” yang memadukan website pribadi, website toko Online sendiri serta memanfaatkan website mall; seperti Bukalapak com, Tokopedia com, Lazada, Alibaba, Amazon com Dll. Anda bisa memanfaatkan berbagai media website anda sendiri dengan kombinasi website pro yang memang sudah ada di pasar yang bisa anda manfaatkan secara gratis.

Disiplin dan Mampu Memotivasi Diri
Seperti kata seorang sahabat, kalau masih menulis hanya dengan mengandalkan mood, pertimbangkan ulang cita-citamu untuk jadi penulis profesional! Karena bagaimanapun tak bisa hanya mengandalkan mood. Penulis yang profesional memperlakukan aktivitas menulisnya sebagai sebuah pekerjaan yang tetap harus dilakukan setiap hari, tanpa peduli mood dan situasi hati. Tak peduli habis patah hati, gagal ujian, atau baru saja bertengkar dengan pacar, atau isteri dan tak ada alasan untuk tidak menulis. Ada banyak hal yang orang lupa kalau melihat dunia seorang penulis. Ibarat rutinas seorang prajurit professional, menulis juga harus punya jadwal-jadwal yang sudah tersusun dan telah dipraktekkan dengan baik. Seorang prajurit kegiatannya dikerangkakan oleh waktu dan waktu. Jam 06.45 dia sudah harus apel pagi ( apel nya memang jam 07.00 tapi dia sudah harus di posisi apel 15 menit sebelumnya, itu berarti sudah harus bangun jam 04.30). Kegiatan Apel pagi diikuti dengan rutinitas senam pagi, dan nanti baru selesai jam 08.00 Kegiatan berikutnya sesuai dengan tugasnya masing-masing sampai Isoma ( istirahat Sholat makan siang) pada Jam 13.30. Kegiatan berikutnya sampai Jam 15.00. Diikuti Apel Siang.Jam 16.00-17.30 kegiatan ekstra;  Jam 21.00-21.30 Apel malam dst dst.

Dalam kerangka waktu yang seperti itulah mereka membina kesegaran atau kesemaptaan tubuh, ketrampilan bela diri, kemampuan profesionalnya dst dst. Kehidupan seperti itu sudah jadi suatu ritme. Dalam garis besarnya mereka mempunyai waktu –waktu yang bervariasi sesuai satuannya masing-masing. Yakni waktu untuk penugsan di lapangan; waktu untuk pendidikan ; dan waktu penugasan di satuan. Kalau di lapangan biasanya mulai dari 3 bulan-satu tahun penugsan; pendidikan biasanya tergantung jenis dan tingkatannya dengan durasi satu bulan-satu tahun. Dengan cara itulah mereka menempa diri hingga akhirnya jadi prajurit professional. Polanya bisa jadi tidak sama persis, tetapi seperti itulah garis besarnya. Saya tahu itu, karena saya ada di lingkungan itu selama 30 tahun.

Bisa Jadi Anda Perlu Personal Branding Juga

Begitupulalah seorang penulis, dia harus mempu membuat kerangka kerjanya, kerangka cara dia meningkatkan kemampuan profesi kepenulisannya sendiri, dan juga menjaga kebugaran tubuhnya. Bisa dibayangkan kalau model penulis yang dalam satu hari bisa duduk di depan Laptop 6-7 jam disamping seruputan minum kopi. Kalau dia tidak menyediakan waktunya untuk melatih kebugaran tubuh minimal satu jam per hari. Maka percayalah dia akan tidak pernah sampai di sana (jadi penulis professional). Hanya dalam tubuh yang sehatlah maka akan muncul kemampuan menulis yang baik dan professional. Bahwa penulis itu selama ini dipersepsikan seperti kehidupan seniman, yang bekerja hanya kalau lagi mud, penuh sensasi dan berbagai atribut kesenimanan lainnya. Percayalah itu semua hanya sebuah persepsi yang keliru. Penulis professional itu justeru hidupnya penuh disiplin, bahkan melebihi disiplinnya seorang prajurit. Kenapa? Karena dia harus mampu mengatur jadwalnya sendiri. Mengatur strategi bagaimana ia mendapatkan penghasilan; bagaimana ia meningkatkan kemampuan profesionalnya dan menjaga stamina tubuhnya sendiri dan membina keluarganya. Menjadi penulis di era digital tentu memerlukan kemampuan untuk menulis di era digital. Jelas hal itu memerlukan ketrampilan dan pengetahuan terkait kepenulisan di zaman di gital.