Dulu, langit Aekgarugur hanya dibatasi oleh puncak Bukit
Barisan dan atap-atap rumah. Pilihan terlihat sederhana: menjadi pengguris
karet, pekebun, peternak, atau merantau untuk mengubah nasib. Tapi, kalau saya
jadi remaja kembali di desa kita yang hijau dan damai ini, di masa kini, saya
akan melihatnya dengan mata yang berbeda. Saya akan melihat bahwa setiap getah
karet yang menetes, setiap ikan lele yang bergerak, dan setiap sawit yang
berbuah adalah cerita yang ditunggu dunia.
Saya tidak akan memilih *antara* menjadi petani *atau*
perantau. Saya akan memadukan keduanya: menjadi **Petani Digital**.
Pagi Hari: Bukan Hanya untuk Matahari, Tapi Juga untuk
Kamera
Pukul setengah enam pagi, embun masih membasahi rumput. Saya
tidak hanya akan membawa pisau sadap dan ember, tapi juga smartphone dengan
stabilizer ringan dan power bank. Sebelum menyadap, saya akan menyalakan kamera.
**Konten:** Close-up tetesan getah karet pertama yang jernih
menetes ke mulut mangkuk. Suara alam yang masih sepi, kicau burung, dan helaan
nafas pagi. Judulnya: “Emas Putih Pertama di Aekgarugur.”
**Platform:** Reels YouTube Shorts, TikTok. Cukup 30-60
detik yang powerful.
Sambil menyadap, saya akan merekam prosesnya. Bukan sebagai
pekerjaan monoton, tapi sebagai sebuah seni. Saya akan jelaskan bagaimana
menyadap yang baik agar pohon tidak rusak, bagaimana membaca arah alur getah,
dan bagaimana menghargai setiap tetesnya.
**Siang Hari: Belajar dari Kandang dan Kolam**
Pulang dari kebun karet, saya akan mampir ke kolam lele atau
kandang ayam. Ini adalah studio konten yang sempurna.
**Konten:** “Feeding Time -waktu makan Lele Jam 10.000 ” Akan
kuTunjukkan bagaimana cara memberi pakan yang efisien, bagaimana melihat
tanda-tanda ikan sehat, dan bahkan menjawab pertanyaan sederhana: “Apa yang
dirasakan ikan lele ketika diberi makan?” dengan gaya yang fun.
**Platform:** Live Instagram atau TikTok Live. Berinteraksi
langsung dengan penonton yang penasaran dengan kehidupan desa.
**Sore Hari: Editing di Tengah Kebun Sayur**Setelah membantu
jualan sayur atau memetik sawit, saya akan mencari spot yang cantik—mungkin di
gubuk sawah atau di bawah pohon rindang. Dengan kuota internet yang sudah
dijadwalkan, saya akan mengedit video pagi dan siang tadi.
Saya akan belajar editing sederhana: menambahkan subtitle
(karena banyak yang nonton tanpa suara), musik yang enak, dan teks penjelasan.
Hasilnya diupload ke YouTube sebagai dokumentasi yang lebih panjang, atau
dipotong-potong untuk TikTok.
**Malam Hari: Merancang Strategi dan Belajar Online**
Inilah saatnya untuk menjadi baik sebagai petani dan
mahasiswa. Hasil dari konten (meski sedikit) dan hasil dari menjual getah karet
atau sayuran, akan saya tabung. Tidak untuk main-game, tapi untuk membeli buku
kuliah online atau malah siap-siap untuk Kuliah di Universitas Terbuka, atau
mengikuti kursus digital marketing gratis di Internet.
Saya akan belajar Saya Akan Terus Mengasah Ketrampilan :
**SEO:** Agar video “cara beternak lele organik” saya muncul
di pencarian teratas.
**Copywriting:** Agar caption jualan sayur dan buah saya di
Instagram lebih menarik.
**Branding:** Membuat nama sederhana seperti “Petani
Aekgarugur” atau “Kebun Kreatif Bukit Barisan” sebagai identitas.
**Penghasilan yang Berlanjut: Dua Sumber, Satu Hati**
1. **Penghasilan
Konvensional:** Hasil dari menjual getah karet, sayuran, lele, atau ayam. Ini
adalah penghasilan fisik yang nyata dan terjamin.
2. **Penghasilan
Digital:** Ini yang akan membuka pintu keajaiban:
**Google AdSense**
dari YouTube.
**Program
Kreator** dari TikTok.
**Brand Deal**
atau sponsorship dari perusahaan pertanian, alat tukang, atau bahkan produk
lokal.
**Jualan Online**
hasil pertanian yang dikemas lebih baik dan dijual dengan harga premium karena
punya cerita (“Lele yang kamu lihat tumbuh dari kecil ini bisa dipesan
sekarang!”).
**Suasana yang
Menyenangkan? Tentu!**
Ini bukan tentang kerja keras membanting tulang, tapi
tentang **berkarya dengan bahagia**. Bayangkan:
- · Memandangi Bukit Barisan sambil mencari angle terbaik untuk video.
- · Tertawa dengan teman-teman di kebun karena ide konten yang lucu.
- · Bangga ketika ada komentar dari kota besar bahkan luar negeri: “Wow, saya baru tahu prosesnya begini, terima kasih ilmunya!”
- · Merasa percaya diri karena tidak ketinggalan zaman, justru menjadi trendsetter yang mempopulerkan kehidupan desa.
Kalau saya jadi remaja kembali di Aekgarugur masa kini, saya
akan melihat gunung bukan sebagai penghalang, tapi sebagai background video
yang epic. Saya akan melihat pekerjaan orang tua saya bukan sebagai sesuatu
yang kuno, tapi sebagai harta karun konten yang tak ternilai.
No comments:
Post a Comment